Apa itu Kanker Hati?
Kanker hati adalah pertumbuhan sel-sel abnormal tak terkendali di hati. Jenis kanker hati yang paling umum adalah karsinoma hepatoseluler (HCC), yang berasal dari sel utama hati, yaitu hepatosit. Penyakit ini sering kali berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga banyak kasus baru terdeteksi pada stadium lanjut.
Dalam dua dekade terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus kanker hati. Menurut data Globocan 2020, terdapat 21.392 kasus baru kanker hati di Indonesia, yang menyumbang 5,4% dari total kasus kanker di negara ini.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, seperti tingginya prevalensi infeksi hepatitis B dan C, konsumsi alkohol berlebihan, serta meningkatnya kasus penyakit hati berlemak non-alkohol akibat perubahan gaya hidup dan pola makan.
Hal ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan yang efektif untuk mengurangi beban penyakit ini di Indonesia.
Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Hati
Kanker hati adalah salah satu jenis kanker yang memiliki faktor risiko beragam, baik yang berasal dari infeksi kronis maupun gaya hidup. Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker hati:
1. Infeksi Virus Hepatitis B dan C
Infeksi virus hepatitis B (HBV) dan hepatitis C (HCV) adalah penyebab utama kanker hati di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Hepatitis B dapat ditularkan, misalnya dari ibu ke bayi saat persalinan, melalui hubungan seksual tanpa perlindungan, dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Diperkirakan sekitar 8 juta orang di Indonesia hidup dengan infeksi hepatitis B kronis, yang meningkatkan risiko berkembangnya kanker hati.
Hepatitis C terutama ditularkan melalui darah yang terkontaminasi, misalnya dari transfusi darah yang tidak aman atau penggunaan jarum suntik bergantian. Tidak seperti hepatitis B, belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis C, sehingga deteksi dini dan pengobatan sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Infeksi kronis virus ini dapat menyebabkan peradangan hati yang berlangsung lama dan akhirnya berkembang menjadi sirosis, kondisi yang meningkatkan risiko kanker hati secara signifikan.
2. Sirosis Hati
Sirosis terjadi ketika jaringan hati yang sehat mengalami kerusakan dan digantikan oleh jaringan parut. Seiring waktu, kondisi ini dapat mengganggu fungsi hati dan meningkatkan risiko kanker hati.
Sekitar 80-90% kasus kanker hati berkembang dari pasien yang sebelumnya mengalami sirosis.
Penyebab utama sirosis di Indonesia adalah infeksi hepatitis B dan C, konsumsi alkohol berlebihan, serta penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD).
Karena sirosis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, banyak pasien baru menyadari kondisinya ketika komplikasi serius, seperti gagal hati atau kanker hati, mulai muncul.
3. Konsumsi Alkohol Berlebihan
Alkohol memiliki efek toksik pada hati dan dapat menyebabkan peradangan kronis yang mengarah pada sirosis dan akhirnya kanker hati.
Konsumsi lebih dari 3-4 gelas alkohol per hari selama bertahun-tahun dapat meningkatkan risiko kanker hati secara signifikan.
Di Indonesia, kebiasaan konsumsi alkohol berlebihan masih menjadi penyebab utama penyakit hati, terutama di kalangan pria.
Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol merupakan salah satu langkah penting dalam menurunkan risiko kanker hati.
4. Penyakit Hati Berlemak Non-Alkohol (NAFLD)
NAFLD adalah kondisi di mana terjadi penumpukan lemak di hati yang tidak berkaitan dengan konsumsi alkohol.
Peningkatan kasus obesitas dan diabetes tipe 2 di Indonesia telah menyebabkan lonjakan signifikan dalam jumlah penderita NAFLD.
Sekitar 25-30% populasi dunia mengalami NAFLD, dan sebagian dari mereka dapat berkembang menjadi sirosis serta meningkatkan risiko kanker hati.
Karena NAFLD sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, deteksi dini melalui pemeriksaan rutin sangat disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti obesitas, resistensi insulin, atau sindrom metabolik.
5. Paparan Aflatoksin
Aflatoksin adalah racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus, yang sering tumbuh pada makanan yang disimpan dalam kondisi lembab dan hangat, seperti:
Kacang tanah
Jagung
Produk kedelai
Gandum
Paparan aflatoksin dalam jangka panjang telah terbukti meningkatkan risiko kanker hati, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, di mana kelembaban tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur lebih cepat.
Untuk mengurangi risiko paparan aflatoksin:
Simpan makanan dalam kondisi kering dan sejuk.
Hindari mengkonsumsi makanan yang terlihat berjamur.
Gunakan produk makanan yang telah melalui pengujian aflatoksin yang ketat.
6. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker hati, risiko Anda untuk mengembangkan penyakit ini juga lebih tinggi.
Faktor genetik dapat mempengaruhi cara tubuh menangani toksin dan memperbaiki kerusakan sel, sehingga beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap perkembangan kanker hati dibandingkan yang lain.
Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker hati, sangat disarankan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda awal
Gejala Kanker Hati
Kanker hati dikenal sebagai "silent killer" karena sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Akibatnya, banyak penderita baru menyadari penyakit ini ketika kanker telah mencapai stadium lanjut dan mulai mempengaruhi fungsi hati secara signifikan.
Meskipun begitu, ada beberapa tanda yang dapat menjadi indikasi awal gangguan pada hati. Jika Anda mengalami gejala-gejala berikut secara berkelanjutan, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter:
1. Penurunan Berat Badan Drastis
Kehilangan berat badan yang cepat tanpa sebab yang jelas bisa menjadi tanda bahwa tubuh mengalami gangguan metabolisme akibat kanker hati.
Penurunan berat badan yang tidak direncanakan sering kali terjadi bersamaan dengan hilangnya massa otot dan kelemahan tubuh.
2. Kehilangan Nafsu Makan
Banyak pasien kanker hati melaporkan perubahan nafsu makan yang signifikan, bahkan ketika mereka tidak sedang menjalani pengobatan.
Ini bisa disebabkan oleh perubahan metabolisme tubuh serta peradangan yang disebabkan oleh tumor dalam hati.
3. Nyeri di Perut Bagian Atas
Hati terletak di bagian kanan atas perut, tepat di bawah tulang rusuk.
Tumor yang tumbuh di hati dapat menyebabkan tekanan atau peradangan, yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang terasa tumpul dan konstan.
4. Mual dan Muntah
Kanker hati dapat mengganggu fungsi hati dalam menyaring racun, menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan seperti mual berkepanjangan atau muntah tanpa sebab yang jelas.
Pada beberapa kasus, pasien mengalami rasa penuh di perut meskipun hanya makan dalam jumlah sedikit.
5. Kulit dan Mata Menguning (Jaundice)
Jaundice (penyakit kuning) terjadi ketika kadar bilirubin dalam darah meningkat akibat gangguan fungsi hati.
Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning, urin menjadi gelap, dan feses bisa berwarna pucat atau abu-abu.
Ini adalah salah satu gejala utama yang menunjukkan bahwa hati sudah tidak berfungsi dengan baik.
6. Pembengkakan di Perut dan Kaki
Akumulasi cairan dalam perut (asites) dan pembengkakan kaki sering terjadi pada pasien dengan kanker hati stadium lanjut.
Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi protein oleh hati, yang mengakibatkan keseimbangan cairan dalam tubuh terganggu.
Pembengkakan ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan karena tekanan di rongga perut.
7. Kelelahan Ekstrim dan Lemah
Pasien kanker hati sering mengalami kelelahan ekstrim meskipun mereka tidak melakukan aktivitas berat.
Kelelahan ini terjadi karena gangguan metabolisme tubuh, penurunan produksi energi, dan efek dari tumor yang terus berkembang di dalam tubuh.
Pada beberapa kasus, pasien juga mengalami kesulitan berkonsentrasi dan mudah merasa pusing.
Gejala Lanjutan yang Perlu Diwaspadai
Selain gejala utama di atas, kanker hati stadium lanjut juga dapat menyebabkan kondisi berikut:
Demam berkepanjangan: Terjadi karena infeksi sekunder atau peradangan dalam tubuh akibat kanker.
Gatal-gatal pada kulit: Disebabkan oleh peningkatan kadar empedu dalam darah.
Pendarahan yang sulit berhenti: Hati berperan dalam produksi protein pembekuan darah. Jika hati terganggu, pasien lebih rentan mengalami memar dan pendarahan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, terutama penurunan berat badan drastis, jaundice, dan pembengkakan perut, segera periksakan diri ke dokter. Diagnosis dini sangat penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan kanker hati.
Selain itu, bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti riwayat hepatitis B atau C, kebiasaan konsumsi alkohol, atau riwayat keluarga dengan kanker hati, pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat disarankan.
Diagnosis Kanker Hati
Untuk memastikan diagnosis kanker hati, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti:
Tes Darah – Untuk mendeteksi fungsi hati dan kadar alfa-fetoprotein (AFP), penanda tumor hati.
Pencitraan (Ultrasonografi, CT Scan, MRI) – Untuk melihat keberadaan tumor di hati.
Biopsi Hati – Pengambilan sampel jaringan hati untuk dianalisis di laboratorium.
Pengobatan Kanker Hati
Pengobatan kanker hati tergantung pada stadium penyakit dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa metode yang umum digunakan adalah:
1. Operasi
2. Terapi Lokal
3. Terapi Sistemik
Kemoterapi – Menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Terapi Target – Obat-obatan khusus yang menyerang sel kanker tanpa merusak sel sehat.
Imunoterapi – Meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Pencegahan Kanker Hati
Mencegah kanker hati jauh lebih mudah dibandingkan mengobatinya. Karena banyak kasus kanker hati berawal dari infeksi virus, sirosis, atau faktor gaya hidup, Anda dapat menurunkan risiko terkena penyakit ini dengan menerapkan kebiasaan sehat. Berikut beberapa langkah pencegahan utama yang dapat dilakukan:
1. Vaksinasi Hepatitis B
Salah satu cara paling efektif untuk mencegah kanker hati adalah dengan vaksinasi hepatitis B (HBV).
Hepatitis B adalah salah satu penyebab utama kanker hati, terutama di Indonesia, di mana tingkat infeksi HBV masih tinggi.
Vaksin hepatitis B aman dan efektif hingga 98% dalam mencegah infeksi.
Anak-anak sebaiknya menerima vaksin sejak bayi, sedangkan orang dewasa yang belum divaksin juga dianjurkan untuk mendapatkannya, terutama jika mereka memiliki faktor risiko tinggi (seperti pekerja medis atau orang dengan pasangan yang terinfeksi HBV).
Catatan: Tidak ada vaksin untuk hepatitis C, jadi langkah terbaik adalah menghindari faktor risiko penularannya.
2. Hindari Penggunaan Jarum Suntik Bersama
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril dapat meningkatkan risiko tertular hepatitis B dan C, yang berujung pada kanker hati.
Hindari penggunaan jarum suntik bersama, terutama bagi mereka yang menjalani pengobatan dengan suntikan atau pengguna narkoba suntik.
Pastikan peralatan medis, seperti alat suntik, jarum tato, atau peralatan kosmetik yang berhubungan dengan darah (misalnya jarum akupunktur), digunakan dalam kondisi steril dan sekali pakai.
Tips: Jika Anda harus menerima transfusi darah, pastikan darah yang digunakan telah melalui pemeriksaan ketat untuk mencegah penularan hepatitis C.
3. Konsumsi Makanan Sehat dan Hindari Aflatoksin
Pola makan sehat dapat menjaga kesehatan hati dan mengurangi risiko kanker hati.
a. Hindari Aflatoksin
Aflatoksin adalah zat beracun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus, yang tumbuh pada makanan yang disimpan dalam kondisi lembap, seperti:
Cara Menghindari Aflatoksin:
Simpan makanan di tempat yang kering dan sejuk.
Pilih produk makanan yang telah melewati standar keamanan pangan.
Hindari mengonsumsi makanan yang terlihat berjamur atau memiliki rasa pahit dan tengik.
b. Konsumsi Makanan yang Menyehatkan Hati
Makanan tertentu dapat membantu menjaga kesehatan hati, seperti:
Sayuran hijau (bayam, brokoli) yang kaya akan antioksidan.
Buah-buahan seperti jeruk, apel, dan beri yang membantu detoksifikasi hati.
Makanan tinggi serat seperti oat dan kacang-kacangan.
Teh hijau yang mengandung senyawa katekin untuk melindungi sel hati.
Ikan berlemak (salmon, tuna) yang kaya asam lemak omega-3 untuk mengurangi peradangan hati.
4. Batasi Konsumsi Alkohol
Alkohol adalah salah satu penyebab utama sirosis hati, yang merupakan faktor risiko terbesar kanker hati.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak sel hati dan memicu peradangan kronis.
Batas konsumsi alkohol yang aman menurut WHO adalah tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas untuk pria.
Jika memungkinkan, hentikan konsumsi alkohol sepenuhnya untuk menjaga kesehatan hati.
Alternatif Sehat: Gantilah alkohol dengan minuman sehat seperti jus alami, air kelapa, atau teh herbal untuk mendukung kesehatan hati.
5. Rutin Memeriksakan Kesehatan Hati
Pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat penting untuk mendeteksi penyakit hati sejak dini, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi terkena kanker hati.
Tes darah (Liver Function Test/LFT) dapat mendeteksi adanya gangguan fungsi hati.
Tes Alpha-Fetoprotein (AFP) dapat membantu mengidentifikasi keberadaan tumor hati pada tahap awal.
USG hati, CT scan, atau MRI dapat dilakukan untuk melihat kondisi hati secara lebih mendetail.
Jika Anda memiliki riwayat hepatitis B atau C, konsultasikan dengan dokter untuk menjalani skrining rutin setidaknya setiap 6 bulan.
Siapa yang Perlu Pemeriksaan Rutin?
Orang dengan riwayat hepatitis B atau C.
Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker hati.
Penderita sirosis hati atau penyakit hati kronis lainnya.
Orang yang mengonsumsi alkohol berlebihan.
Pentingnya Asuransi untuk Kanker Hati
Karena kanker hati sering kali terdiagnosis pada stadium lanjut dan membutuhkan perawatan medis yang mahal, memiliki perlindungan finansial sangat penting. Dengan Asuransi Kanker Oona, Anda bisa mendapatkan manfaat sebagai berikut:
Santunan tunai hingga Rp 500 juta setelah diagnosis kanker hati (termasuk kanker stadium awal)
Tanpa pemeriksaan medis, hanya perlu menjawab 4 pertanyaan kesehatan
Premi terjangkau mulai dari Rp 11.500 per bulan
Dapat digunakan untuk biaya pengobatan, perawatan, atau kebutuhan lain
Perlindungan dari usia 18- 65 tahun, dan bisa diperpanjang hingga usia 70 tahun
Kesimpulan
Mencegah kanker hati memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk vaksinasi hepatitis B, menghindari paparan virus hepatitis C, menjaga pola makan sehat, membatasi konsumsi alkohol, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda dapat mengurangi risiko terkena kanker hati secara signifikan.
Namun, meskipun upaya pencegahan sudah dilakukan, risiko kanker hati tetap ada, terutama bagi mereka yang memiliki faktor genetik atau riwayat penyakit hati. Oleh karena itu, melindungi diri dengan asuransi penyakit kritis adalah langkah bijak untuk menghindari beban finansial akibat pengobatan kanker yang mahal.